Minggu, 06 Januari 2013

Hubungan antara standar kompetensi,kompetensi dasar ,objective dan indikator



1.Kompetensi dasar merupakan merupakan penjabaran Standar Kompetensi yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan Standar Kompetensi.Standar Kompetensi sendiri adalah ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan.

Kompetensi dasar diturunkan menjadi indikator, dari indikator digunakan untuk menyusun tujuan pembelajaran.Evaluasi pembelajaran didasarkan pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dari evaluasi inilah dapat diketahui hasil belajar peserta didik. Apabila hubungan tersebut digambarkan adalah sebagai berikut:
Example :
In lesson plan

Basic Competency                  :           Explaining the meaning and functions of money
Indicators                                :                        1. Describe the sense of money
                                                                          2. Identify the functions of money
Learning Objectives
1) Students can describe the sense of money without opening a book
2) Students can describe the function of money without the help of a friend
Learning outcomes achieved by students must be in accordance with the learning goals, learning objectives itself refers to the indicators are the details of the basic competencies.





2.(A)Analisis transaksional (TA) adalah merupakan teori kepribadian dan sistem yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis premis masa lalu yang pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita tetapi yang mungkin tidak lagi berlaku. TA menekankan aspek kognitif dan perilaku dari proses terapeutik. Dalam TA ada tiga sekolah diakui klasik, Schiffian (atau reparenting), dan redecisionaland dua sekolah tidak resmi diidentifikasi sebagai reparenting diri dan korektif orangtua. Redecisional sekolah yang telah diperoleh dalam menonjol dan merupakan fokus dari bab ini.
Tujuan dari analisis transaksional adalah otonomi, yang didefinisikan sebagai kesadaran, spontanitas, dan kapasitas untuk keintiman. Dalam mencapai otonomi orang mempunyai kapasitas untuk membuat keputusan baru (redecide), sehingga memberdayakan diri mereka sendiri dan mengubah arah hidup mereka. Sebagai bagian dari proses terapi TA, klien belajar bagaimana mengenali tiga status ego Parent, Dewasa, dan Anak di mana mereka berfungsi. Klien juga belajar bagaimana perilaku mereka saat ini sedang dipengaruhi oleh aturan-aturan yang mereka terima dan dimasukkan sebagai anak-anak dan bagaimana mereka dapat mengidentifikasi “lifescript” yang menentukan tindakan mereka. Pendekatan ini berfokus pada keputusan awal bahwa setiap orang telah dibuat, dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan-keputusan baru untuk mengubah aspek kehidupan mereka yang tidak lagi bekerja.
TA adalah terpisah dari pendekatan terapeutik paling lain dalam kontrak itu dan putusan. Kontrak, yang dikembangkan oleh klien, dengan jelas menyatakan tujuan dan arah dari proses terapeutik. Klien dalam membangun TA dan arah tujuan mereka dan menjelaskan bagaimana mereka akan berbeda saat mereka menyelesaikan kontrak mereka. Kontraktual aspek dari proses terapi cenderung menyamakan kekuatan terapis dan klien. Ini adalah tanggung jawab klien untuk memutuskan apa yang mereka akan berubah. Untuk mengubah keinginan mereka menjadi kenyataan, klien diperlukan untuk secara aktif mengubah perilaku mereka.
Analisis transaksional berakar pada filsafat antideterministic. Menempatkan iman dalam kapasitas kita untuk mengatasi kebiasaan pola dan untuk memilih tujuan-tujuan baru dan perilaku. Namun, ini tidak berarti bahwa kita bebas dari pengaruh kekuatan sosial. Ia mengakui bahwa kami dipengaruhi oleh ekspektasi dan tuntutan orang lain yang signifikan, terutama karena awal kami keputusan dibuat pada suatu waktu dalam hidup ketika kita sangat tergantung pada orang lain. Kami membuat keputusan-keputusan tertentu agar dapat bertahan hidup, baik secara fisik dan psikologis, pada titik tertentu dalam kehidupan. Tapi keputusan awal ini dapat ditinjau dan menantang, dan jika mereka tidak lagi melayani kita, maka keputusan-keputusan baru dapat dibuat.




Example
Hasta is a dutiful and obedient son to his parents. For him, the parent is the one who is always respected and obeyed. Since childhood, Hasta is always directed parents. This should not be, should not it. Must be this one, have that one, and so on. He rarely allowed to make their own choices. It also occurs in the selection of the direction of education. From kindergarten to high school, all determined by the parents. No one picked by Hasta. He always went along. Her parents want Hasta become a doctor. Hasta not feel like to be a doctor but she does not want and can not go against the wishes of parents. He felt no power over his own destiny.

Reeds only if prepared to become a physician with additional tutoring tutoring, either classical or private. Then Hasta successfully received at the Department of General Medicine. His parents were so happy, felt he had successfully directed his son. But Hasta not comfortable with it. She wanted to study literature.

Hasta never once expressed his desire. But parents do not want to know and always forbade Hasta study literature. According Hasta, parents think that the best option is what is decided by the parents, not Hasta that only a child.

Hasta undergo medical school with excitement and distress. He feels this is not what you want done. He wanted to get out of medical school. Consequently, in the first half, the value is muddy. Parents can only angry, ordered Hasta serious study, not think about anything else, especially literature. Because of this, Hasta increasingly feel pressured and stressed. He wants to have power over the choice of his own, but he could not resist parental ego.

(B) apa itu interpersonal ?
 A. Pengertian Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita
bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content
melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
a.         Komunikasi intrapersonal; komunikasi yang terjadi dalam diri sendiri maka tindak balas yang dilakukan ialah dalam internal diri sendiri. Contoh, komunikasi yang terjadi saat kita merenung, berdialog dengan diri sendiri (baik sadar maupun secara tidak sadar, misalnya sedang tidur).
b.      Komunikasi interpersonal; komunikasi yang dilakukan dengan orang lain sehingga tindak balas dan evaluasinya memerlukan orang lain. Contoh, komunikasi dengan pacar, teman, dosen, orang tua dan lain sebagainya.
c.       Komunikasi massa; komunikasi yang dilakukan dalam kumpulan manusia yang terjadi proses sosial di dalamnya, baik melalui media atau langsung dan bersifat one way communication. Contoh, komunikasi yang terjadi di televisi, web-site, blog, iklan dan lain sebagainya.
Pada bab ini, pertanyaan untuk merangsang proses berpikir kita ialah:
“Bilamana kita melakukan komunikasi intrapersonal?”
Pertanyaan itu sebaiknya Anda tanyakan terlebih dahulu dalam diri Anda, renungkan, fikirkan dan jawablah! Setelah itu diskusikan jawaban tersebut dengan teman Anda!
Menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya kita merujuk beberapa hal sebagai berikut;
a.       Manusia hidup pasti membutuhkan  hidup membutuhkan komunikasi baik dengan diri sendiri (intrapersonal) maupun dengan orang lain (interpersonal).
b.      Komunikasi intrapersonal terjadi pada pra-sesaat-pasca komunikasi interpersonal. Oleh karena itu, komunikasi intrapersonal selalu mengiringi komunikasi interpersonal.
c.       Komunikasi intrapersonal bertujuan untuk melakukan prediksi, evaluasi dan penguatan/ pelemahan. Sebagai contoh, pada saat kita berkomunikasi dengan orang lain, timbul perbincangan dengan diri kita untuk prediksi bagaimana rasanya berkomunikasi dengan orang itu, akan nyamankah berbincang dengannya? Sewaktu dan setelah berbincang dengan orang itu, kita kembali akan mengevaluasi bagaimana proses perbincangan tadi, nyamankah berbincang dengannya. Jika kita merasa nyaman dalam berkomunikasi dengan orang lain (komunikasi interpersonal) maka prediksinya kita akan mengulang kembali berkomunikasi dengannya. Inilah yang disebut sebagai proses penguatan. Namun akan terjadi proses pelemahan jika terjadi evaluasi negatif terhadap proses komunikasi dengan orang tersebut.
1.2 Sistem Komunikasi Intrapersonal
Maha bijaksana Tuhan yang telah mengatur proses komunikasi intrapersonal yang melibatkan beberapa unsur atau elemen sebagai berikut (Burgon & Huffner, 2002);
a.       Sensasi, yaitu proses menangkap stimulus (pesan/informasi verbal maupun non verbal). Pada saat berada pada proses sensasi ini maka panca indera manusia sangat dibutuhkan, khususnya mata dan telinga.
b.      Persepsi, yaitu proses memberikan makna terhadap informasi yang ditangkap oleh sensasi. Pemberian makna ini melibatkan unsur subyektif. Contohnya, evaluasi komunikan terhadap proses komunikasi, nyaman tidakkah proses komunikasi  dengan orang tersebut?
c.       Memori, yaitu proses penyimpanan informasi dan evaluasinya dalam kognitif individu. Kemudian informasi dan evaluasi komunikasi tersebut akan dikeluarkan atau diingat kembali pada suatu saat, baik sadar maupun tidak sadar. Proses pengingatan kembali ini yang disebut sebagai recalling.
d.      Berpikir, yaitu proses mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah. Proses ini meliputi pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan berfikir kreatif. Setelah mendapatkan evaluasi terhadap proses komunikasi interpersonal maka ada antisipasi terhadap proses komunikasi yang selanjutnya. Contohnya, jika kita merasa tidak nyaman berkomunikasi dengan dosen maka kita mempunyai cara untuk antisipasi agar komunikasi di kemudian hari menjadi lancar.
1.3 Definisi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal ialah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media. Berdasarkan definisi ini maka terdapat kelompok maya atau faktual (Burgon & Huffner, 2002). Contoh kelompok maya, misalnya komunikasi melalui internet (chatting, face book, email, etc.). Berkembangnya kelompok maya ini karena perkembangan teknologi media komunikasi.
Terdapat definisi lain tentang komunikasi interpersonal, yaitu suatu proses komunikasi yang bersetting pada objek-objek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu stimulus (dalam hal ini: informasi/pesan) (McDavid & Harari).
1.4 Fungsi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mempunyai komunikasi sebagai berikut;
a.       Untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini sebagai salah satu tanda efektivitas proses komunikasi. Bayangkan bagaimana kalau tidak ada umpan balik, saat Anda berkomunikasi dengan orang lain. Bagaimana kalau Anda sms ke orang lain tetapi tidak dibalas?
b.      Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik. Contohnya, setelah apa yang akan kita lakukan setelah mengetahui lawan bicara kita kurang nyaman diajak berbincang.
c.       Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kita dapat melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi. Misalnya, iklan yang arahnya membujuk orang lain.
1.5 Peringkat Analisis Komunikasi Interpersonal
Dalam mengevaluasi komunikasi interpersonal, kita memerlukan suatu kemampuan analisis terhadap proses komunikasi tersebut. Analisis tersebut tergantung dari peringkat atau level analisisnya. Beberapa level analisis itu antaranya;
  1. Cultural level data, yaitu level analisis yang didasari oleh aturan, norma atau kebiasaan yang menjadi budaya suatu komunitas dalam berkomunikasi, biasanya pada komunikasi non verbal. Contohnya, perbedaan makna “anggukan” dan “gelengan” kepala antara orang Indonesia dengan orang India.
  2. Sociological level data, yaitu level analisis yang didasari oleh prediksi keterkaitan antara individu dengan komunitas sosialnya (membership group). Level analisis ini berkaitan antara peringkat individu dengan lingkungan sosialnya. Inilah akomodasi antara proses yang terjadi dalam peringkat individual yang diinternalisasi dalam dirinya selama hidup dengan proses yang terjadi pada peringkat lingkungan sosial yang baru saja mempengaruhi nilai-nilai pada individu. Contohnya, orang Indonesia yang baru saja tiba di luar negeri dan harus menyesuaikan dengan komunikasi di luar negeri maka akan terjadi akomodasi nilai-nilai individu dengan lingkungan barunya (membership group vs reference group).
  3. Psychological level data, yaitu level analisis prediksi perilaku spesifik dalam transaksi komunikasi. Misalnya saat individu berbohong maka ia akan melakukan mekanisme pertahanan diri (self defence mechanism). Atau dengan kata lain, ia akan melakukan rasionalisasi agar pesan/ informasinya tetap dipercaya oleh orang lain.

Example :
INTERPERSONAL COMMUNICATION EXAMPLE:
a.Boasted with students
b.Giving or return the compliment
c.Acquainted with new colleagues
d.Communicate promptly forward the message
e.Perpetuate and improve communications
f.Giving appoint directions
g.Persuade professors.
(C) Fungsional
Hal ini sejalan dengan prisip pembelajaran bahasa yang  fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus dikaitkan  dengan fungsinya, baik dalam berkomunikasi maupun  dalam memenuhi keterampilan untuk hidup  (Purnomo, 2002: 10-11).
 Prinsip fungsional pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep pembelajaran pendekatan komunikatif.
Konsep pendekatan komunikatif mengisyaratkan bahwa  guru bukanlah penguasa dalam kelas. Guru bukanlah  satu-satunya pemberi informasi dan sumber belajar.Sebaliknya, guru sebagai penerima informasi (Hairuddin, 2000:136).
Jadi pembelajaran didasarkan pada multisumber. Dengan  kata lain, sumber belajar terdiri atas guru, peserta didik, dan lingkungan. Lingkungan terdekat adalah kelas. Lebih tegas lagi Tarigan (dalam Hairuddin, 2000: 136) mengungkapkan bahwa dalam konsep pendekatan  komunikatif peran guru adalah sebagai pembelajar dalam proses belajar-mengajar, di samping sebagai  pengorganisasi, pembimbing, dan peneliti.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa di kelas yang  fungsional ini adalah menggunakan teknik bermain peran.
Example
Game of "Let's Storytelling (Let's Tell aStory) "
Let's Tell a Story is one of the type of game talk. The disciples were trained to be able to fabricate oral. This gamecan be implemented in two ways, namely asfollowing.
1) By Topic Story
All students are encouraged to listen and storytelling in the learning process spoken language in order to train students.
This game can be implemented by way of:
(a)the teacher tells a story as a whole, then assigned students to tell the story returned in the manner and language of their own;
and
(b) the teacher tells the party of a story, and the students were told to finish the story
in accordance with their own interpretations.
Goal game compose orally inlearning the Indonesian language is:
(a)so that interested students to practice speaking as
interesting topic is the story,
(b) to students have knowledge about the differences storytelling
with plain speaking,
 (c) one way to instill appreciation for their literature
each student,
and (d) to enrich the inner students with interesting stories that fit
with the development of their souls.
LANGUAGE AND ARTS JOURNAL Vol 9 No. 2 of 2008 (116 -125)124
The smoothness of the implementation of per-This toy is also determined by the preparation of teachers,
for example:
(a)    teachers setting up a whole story, to be told by the teacher to the student
as motivation for students to practice
storytelling,
    and
 (b) pieces storybe made the object of the game,(Preferably written in the paper).
Step-by-step execution of the game is as follows. First, the teacherexplain the forms and how to play in game, and also explains the purpose of the be achieved. Second, teachers motivate all students to read a story with a intact. Try to talk with and very attractive; voice, expression, and also the appearance.Third, the game starts: teacher read partly a story to the class. Then the teacher give time to each student to think of the connection / resolution stories in accordance with the wishes and interpretation each student. After that one students were asked spontaneously to try continue, while the teacher records mistakes are made when students appear. Fourth, at the end of the game the teacher will explain everything about with the story, and also the ways storytelling.
2) With General Topics
Pupils are trained construct sentences into a short essay. But in the early this activity, the teacher has guided the one / few sentences beginning after the new student proceed with the next sentences in their group. Each group had a secretary, to record the essay Short generated by their group.
Each group is given 15 minutes, after that the results recorded by the secretary submitted to the teacher. Then the teacher continued on the next group. Afterthe whole group gets a turn, then the teacher have each group read
essay they had and examined together
same.
Playing "Let Storytelling" can implemented to train language skillsverbal students. Because in this game they trained to: (a) be able to quickly and precisely their ideas, (b) to formulate ideas The sentence in an interesting and effective; and (c) are able to connect one idea with Another idea to form a unity thoughts that can be easily understood. Smooth implementation of this game
determined by the readiness of teachers. Before the game starts you should first teacher
prepared:
(a) an example of an essay short interest, to motivate students;
and (b) the initial sentences of the essay-essay to be prepared by the students later.
The game is carried out by teachers in learning process with these steps:
 (a)teacher explains the forms and how to play, and explaining the objectives to be achieved with this game, (b) the class is divided into groups, each group have a chairman and a secretary. Teachers should reminder of what duties, obligations, and rights the stakeholders of this game.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar